Powered By Blogger

Selasa, 02 November 2010

MEMPRODUKSI PUPUK ORGANIK DARI KELINCI.

Pada pemeliharaan intensif dengan kandang baterai dan sistem individual, pupuk organik yang didapatkan hanya berupa kotoran murni campur urine. Sebab pakan yang diberikan berupa hijauan terpilih, silase (hijauan yang diawetkan) atau konsentrat yang tidak meninggalkan sisa. Lantai kandang baterai biasanya berlubang-lubang hingga bisa meloloskan seluruh kotoran dan urine ke arah bawah. Di bawah kandang dipasang plastik yang akan menampung kotoran serta urine tersebut, lalu mengalirkannya ke dalam wadah (ember plastik) sebagai penampung. Di sini, kotoran tidak mengalami fermentasi seperti halnya pada pemeliharaan di kandang postal/ren, melainkan mengeluarkan gas methan (biogas). Dengan teknologi yang sangat sederhana, sebenarnya gas ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Volume pupuk yang dihasilkan dari kandang baterai sangat kecil, tetapi mutunya jauh lebih baik. Penggunaan pupuk organik kotoran kelinci dari kandang baterai, harus dengan terlebih dahulu dicampur air. Perbandingannya 1 : 20 (1liter kotoran dimasukkan ke dalam 20 liter air). Kalau campuran masih terlalu pekat, misalnya 1 : 10, tanaman yang dipupuk justru akan mati. Sebab kandungan N (Nitrogen) dari urine sangat tinggi hingga pupuk tersebut justru akan menghanguskan tanaman. Lebih-lebih kalau yang dipupuk tanaman semusim. Karena kualitasnya yang cukup tinggi, pupuk kelinci dari kandang baterai ini sangat cocok untuk budidaya tanaman yang nilai ekonomisnya juga cukup tinggi. Misalnya paprika, brokoli, stroberi dll.


Cara ke dua

Kotoran kelinci berfungsi sebagai pemercepat proses pembuatan pupuk cair organik. Demikian disampaikan Rohaji kepada para peserta “Pelatihan Pupuk Kotoran Kelinci” di Kampoeng Organik 2004, Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta tanggal 25 September 2004.

Berikut ini langkah-langkah pembuatan pupuk cair dengan bantuan kotoran kelinci:

Siapkan wadah dengan kedalaman 10 cm. Masukkan serbuk gergaji (serbuk pohon kelapa) secukupnya ke dalam wadah. Lalu kelinci dimasukkan ke dalam wadah itu. Supaya kelinci tidak keluar wadah itu diletakkan di tempat yang tinggi. Kotoran dan kencing kelinci akan langsung bercampur dengan serbuk gergaji.

Biasanya setelah 3-4 hari, jika tumbuh jamur di serbuk gergaji, berarti serbuk gergaji sudah jenuh dengan kotoran. Jamur yang tumbuh itu untuk makanan bakteri.

Selanjutnya, serbuk gergaji dipindahkan ke ember dan masukkan air panas sampai seluruh serbuk gergaji terendam. Biarkan campuran basah itu selama dua malam.

Setelah itu bahan serbuk gergaji disaring. Cairan hasil saringan agar terfermentasi diaduk-aduk agar semua bagian mendapatkan udara (teraerasi). Jika timbul bintik-bintik putih (jamur), air hasil saringan harus diaduk lagi.

Munculnya bintik-bintik putih menjadi petanda senyawa organik dalam cairan belum terurai. Ulangi lagi pengadukan sampai bintik putih menghilang selama kurang lebih 21 hari.

Setelah stabil, cairan itu menjadi pupuk cair organik yang bisa bertahan lama karena mengandung bakteri yang mempunyai sistem pertahanan diri.

Pupuk cair bisa disemprotkan pada daun untuk mempercepat proses asimilasi daun atau disemprotkan pada tanah. Komposisi penggunaannya yaitu empat mililiter pupuk cair dicampur dengan satu liter air.

Ampas sisa penyaringan dapat digunakan sebagai media hidup cacing tanah. Setelah ampas itu akan dimakan cacing, hasilnya adalah kascing (kotoran cacing) yang berupa tanah. Tanah kotoran cacing itu bisa dimanfaatkan sebagai media pembibitan dalam wadah gelas bekas air dalam kemasan atau wadah lainnya.

Tidak ada komentar: